Pages - Menu

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong oleh keberadaannya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa berusaha untuk mengetahui hal-hal yang terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan informasi yang di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun peran spesifik media cetak dalam penyampaian informasi, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu merupakan salah satu sumber informasi yang pada saat ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik dapat mengatur tempo dalam membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya adalah dapat dijadikan sebagai bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari pada hal-hal yang menyangkut selera dan perasaan dari komunikannya. Media ini bukan sarana yang dibaca selintas saja seperti media aktual (Broadcast Media), tidak juga membutuhkan perhatian pada waktu tertentu, media ini tidak dengan segera dapat di kesampingkan seperti Koran, majalah dapat disimpan oleh pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi dari keunggulan yang dimilikinya itu, kita dapat mengambil kelemahan yang utama dari majalah tersebut, yaitu bahwa majalah tidak terbit setiap hari seperti halnya surat kabar yang merupakan sumber berita (menyampaikan informasi) setiap harinya pada setiap orang. “Majalah diminati oleh mereka yang sibuk dan tidak sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yang artinya segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah seperti yang di kutip dari The Random House Dictionary Of English Language, adalah “Majalah yang diterbitkan secara berkala senantiasa memiliki sampul muka, dan secara khas majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi dan sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto dan gambar-gambar yang secara khusus memfokuskan pada fakta (subject of area) seperti; hobbi, berita, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi dalam suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa berita-berita, akan tetapi bisa pula dalam bentuk hiburan, seperti cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak di perlihatkan pada pembacanya, dan sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah merupakan media opini”. Jadi dalam sebuah majalahpun terdapat tulisan-tulisan mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang mengenai sesuatu yang tentunya berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Di samping itu pula, majalah dapat di definisikan sebagai:

Salah satu jenis alat komunikasi dalam bentuk publikasi yang terbit secara berkala seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau pada waktu-waktu yang teratur. Majalah ini di terbitkan dengan isi yang antara lain artikel-artikel, berita-berita, cerita-cerita yang mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk rencana, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih jarang dari pada surat kabar (minimal seminggu sekali), maka majalah dapat menelaah persoalan-persoalan dan keadaan-keadaan yang terjadi dalam masyarakat secara teliti dan mendalam. Pada umumnya tulisan-tulisan yang di muat di majalah tidak terlalu mementingkan aktualitas di karenakan dalam memuat berita majalah tersebut menyesuaikan dengan waktu terbitnya. Oleh karena itu pula maka berita yang disampaikan bukan lagi berita hangat satu hari tertentu, karena berita-berita tersebut di sesuaikan dengan waktu terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan berita yang ada bisa di telaah secara lebih luas dan lebih mendalam lagi. Hal ini sesuai dengan karakteristik majalah yang membedakannya dengan surat kabar seperti yang dinyatakan oleh Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih jarang dari pada surat kabar, maka majalah dapat menelaah persoalan-persoalan dan keadaan yang lebih hati-hati dan mendalam. Majalah kurang memberikan perhatian terhadap berita yang sifatnya aktual serta lebih menekankan pada penelaahan hal-hal yang berhubungan secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan yang diminati oleh masyarakat tersebut. Pada saat sekarang ini sudah banyak beredar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pembaca yang beragam pula.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu di perhatikan dan di utamakan, karena “laku” tidaknya isi pesan yang di “jual” sangat tergantung dari konsumen atau dengan kata lain surat kabar atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laku” bila, isi pesan sesuai dengan selera konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yang terdapat pada pembaca itu dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, kebiasaan, dan lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional kini jauh lebih banyak jumlah dan macamnya, seperti majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, dan lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah wanita dan ibu-ibu (Kartini, Femina), majalah keluarga (Ayah Bunda) atau bahkan bila di lihat dari misi yang melekat pada masing-masing majalah yang tercermin pada warna pemberitaannya yang terfokuspun pada suatu aspek tertentu, seperti halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga dan Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah daerah (Mangle), sampai majalah gaya hidup anak remaja sekarang ini (Ripple), dan lainnya menunjukkan bahwa masyarakat modern sudah lebih selektif terhadap media-media yang beredar.

Bukan merupakan suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian dari media massa atau komunikasi massa, karena dengan melihat karakteristik komunikasi massa seperti bersifat tidak langsung (melalui media teknis) bersifat satu arah artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, dan mempunyai publik yang secara geografis tersebar, maka majalah termasuk sebagai salah satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan sebagai media komunikasi, majalah mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yang lain, antara lain:

1. Khalayak yang diterpa bersifat aktif, tidak pasif seperti bila mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna bila khalayak menggunakan tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, artinya artikel-artikel dalam majalah tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang tercetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal-hal yang di beritakan terekam sehingga dapat dibaca setiap saat dan di dokumentasikan, di ulang kali, disimpan untuk kepentingan tertentu dan dapat di jadikan sebagai bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum kata-kata di tuliskan dan sebelum gambar-gambar dibuat, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan tata letak meliputi penetapan keputusan-keputusan mengenai berbagai komponen judul, ilustrasi, naskah, dan tanda-tanda identifikasi yang akan disusun dan di tempatkan pada halaman. Lima buah pertimbangan bagi perkembangan tata letak adalah:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur untuk mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yang menyenangkan.

2. Lawanan (kontras), penggunaan ukuran, kepekatan, dan warna yang sangat berbeda-beda dalam rangka menarik perhatian dan keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek dan latar belakang, yang keduanya tampak dan saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, dan tanda-tanda identifikasi yang demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), berbagai mutu keseimbangan, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan untuk pengembangan kesatuan piker, penampilan, dan reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu tata letak akan berhasil bila di dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, artinya yang berhasil dengan mengusahakan tata letak sederhana, tidak kacau, dan bersifat membantu dalam meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, ada bermacam-macam jenis dan ukuran huruf yang dapat dipilih untuk menandaskan pokok-pokok tertentu atau untuk menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek dalam naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yang dapat diperkenalkan dalam hal ini sangat banyak dan bervariasi. Kita dapat memilih dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, dan dapat menyisipkan berbagai macam bentuk lainnya.

3. Judul, dengan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan dari ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian umum, judul memiliki fungsi: secara ringkas dan langsung menyarankan isi pesan, dan menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Secara umum penempatan judul harus tampak pada bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul harus memiliki ukuran huruf yang memadai untuk dapat menawan mata pembaca, dan secara tepat guna berpasangan dengan daya tarik ilustrasi.

4. Warna, pada dasarnya warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia. Pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikan. Tetapi pemilihan dan penerapan warna secara serampangan akan mengusir pemirsa segera setelah perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yang sering dianggap favorit ternyata tidak selalu menarik dalam penggunaan-penggunaan tertentu. Bagaimanapun, warna-warna- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- pada lembar tercetak perlu ditata sedemikian rupa sesuai dengan asas dasar yang sama dari tata letak, yakni mengandung kesan-kesan keseimbangan, kontras, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, dan kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca tidak lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator harus tepat, ringkas, jelas, sederhana, dapat dipercaya dalam penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan menurut James M. Neal dan Suzzane S. Brown, “Penulis naskah berita itu harus objektif, ringkas, jelas, tepat, dan mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk mudah menarik perhatian komunikan, maka surat kabar, majalah, ataupun media lainnya harus mampu menampilkan lay out yang menarik. Menurut Teguh Meinanda, ada tiga tujuan dari pengaturan tata letak, yaitu: “Agar mudah dibaca dan menarik pembaca untuk menelaah tulisan-tulisan, dapat menciptakan atau menghasilkan hal-hal yang menarik dan mengasyikkan, dan agar pembaca mudah mengenali surat kabar itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun tata letak pesan dalam sebuah majalah, komunikator, yang dalam hal ini pereka bentuk dan penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, seperti:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan dengan sarana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan dengan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan biaya, sehubungan dengan biaya produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan waktu, dan keterbatasan lainnya, misalnya yang berkenaan dengan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi dan Peranan Majalah
Media massa seperti halnya majalah adalah merupakan suatu sumber yang dapat menyalurkan informasi serta menambah wawasan pengetahuan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah ialah sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu pula, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yang sama dengan yang dimiliki oleh pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tersebut antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi mempengaruhi (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yang ditulis secara lebih luas, terperinci dan mendalam, maka tak salah bila pembacapun akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan lebih banyak lagi mengenai sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya bisa lebih mendalam lagi karena dalam menggunakan majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap tulisan-tulisan yang di muat dalam majalah bisa secara perlahan dan teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat modern, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah seperti yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.
2. Menafsirkan persoalan-persoalan dari kejadian-kejadian dan menjadikannya sebagai pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam masyarakat.
4. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
6. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, juga mengenai tokoh-tokoh masyarakat.
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah dapat dirasakan manfaatnya dan bernilai bagi para pembacanya, maka dalam pelaksanaannya diperlukan keahlian dari pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, sebab isi dari majalah itu dapat menentukan karakter dan impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar di masyarakat dapat di kelompokkan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat sebagai pembaca dapat memilih jenis majalah yang bagaimana yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah dan Atang Syamsuddin membagi jenis majalah menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mass magazine, adalah majalah umum yang ditujukan untuk semua golongan, jadi merupakan majalah umum.

2. Class magazine, adalah majalah yang ditujukan untuk golongan tertentu (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang tertentu.

3. Spesialized magazine, adalah majalah khusus dan ditujukan kepada para pembaca khusus.
(Palapah dan Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis besar seperti di sebutkan di atas, dapat dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yang lebih spesifik. Djafar Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase berdasarkan pada gambar. Gambar sesuatu peristiwa, atau suatu karangan khusus yang berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai dunia anak-anak.

3. Majalah berita (news magazine), mingguan berkala yang menyajikan berita-berita dengan suatu gaya tulisan yang khas dilengkapi dengan foto-foto dan gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yang mengkhususkan isinya dengan masalah-masalah kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara berkala.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya mengenai suatu bidang ilmu, misalnya teknik radio, elektronik, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai masalah-masalah agama.

8. Majalah keluarga (home magazine), majalah yang memuat karangan-karangan untuk seluruh keluarga, dari bacaan anak-anak sampai masalah rumah tangga (resep, mode, dan lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai berbagai macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yang berisikan pola pakaian.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan secara teratur oleh perusahaan berisi berita-berita atau informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya khusus membahas masalah remaja.

13. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan dengan format khusus yang berisi ringkasan karangan dari berbagai penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah khas yang terbit dan isinya khusus membicarakan masalah kesusastraan dan resensi buku-buku (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra.

15. Majalah wanita (woman magazine), bentuk majalah yang berisikan khusus mengenai dunia wanita, dari masalah mode, resep, musik, keluarga, juga dihiasi oleh foto-foto yang menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai dengan jenis-jenis majalah yang telah di sebutkan diatas, majalah Ripple adalah termasuk kedalam jenis majalah khas. Majalah Ripple menyajikan berita-berita dengan gaya penulisan yang khas meliputi informasi tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan juga gaya hidup anak muda sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar